Rotan merupakan salah satu
sumber hayati Indonesia, penghasil devisa negara yang cukup besar. Sebagai
negara penghasil rotan terbesar, Indonesia telah memberikan sumbangan sebesar
80% kebutuhan rotan dunia. Dari jumlah tersebut 90% rotan dihasilkan dari hutan
alam yang terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan sekitar 10% dihasilkan
dari budidaya rotan. Nilai ekspor rotan Indonesia pada tahun 1992 mencapai US$
208,183 juta (Kalima, 1996).
Menurut hasil inventarisasi
yang dilakukan Direktorat Bina Produksi Kehutanan, dari 143 juta hektar luas
hutan di Indonesia diperkirakan hutan yang ditumbuhi rotan seluas kurang lebih
13,20 juta hektar, yang tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan
pulau-pulau lain yang memiliki hutan alam.
Di Indonesia terdapat
delapan marga rotan yang terdiri atas kurang lebih 306 jenis, hanya 51 jenis
yang sudah dimanfaatkan. Hal ini berarti pemanfaatan jenis rotan masih rendah
dan terbatas pada jenis-jenis yang sudah diketahui manfaatnya dan laku di
pasaran. Diperkirakan lebih dari 516 jenis rotan terdapat di Asia Tenggara,
yang berasal dari 8 genera, yaitu untuk genus Calamus 333 jenis, Daemonorops
122 jenis, Khorthalsia 30 jenis, Plectocomia 10 jenis, Plectocomiopsis 10
jenis, Calopspatha 2 jenis, Bejaudia 1 jenis dan Ceratolobus 6 jenis (Dransfield
1974, Menon 1979 dalam Alrasjid, 1989). Dari 8 genera tersebut dua genera rotan
yang bernilai ekonomi tinggi adalah Calamus dan Daemonorops.
Rotan termasuk tanaman yang digunakan manusia untuk membuat suatu kerajinan
misalnya berbagai jenis anyaman diantaranya sebagai anyaman kursi, tudung saji,
dan sebagainya.